
Atas dasar hal tersebut tergerak
hati nurani beliau untuk berbuat sesuatu demi kecintaannya pada nusa, bangsa,
dan negara. Sumbangsih beliau hanya didasari keyakinan bahwa "sikap dan
perbuatan sekecil apapun, apabila dilandasi oleh itikad baik pasti akan ada
hasilnya". Keyakinan tersebut hingga kini menjadi semboyan perguruan
yaitu: SUMBANGSIHKU TAK SEBERAPA NAMUN KEIKHLASANKU NYATA.
Dalam mengembangkan ilmu beladiri
ini Sang Guru mengamanatkan empat sikap, watak, dan perilaku yang harus
ditumbuhkan yaitu: (1) rasa jujur dan welas asih, (2) percaya pada diri
sendiri, (3) keserasian dan keselarasan dalam penampilan sehari-hari, dan (4)
menghayati dan mengamalkan sikap itu agar menimbulkan ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Berdasarkan amanat Sang Guru, kedua pewaris yang juga puteranya,
yaitu Poerwoto Hadi Poernomo dan Budi Santoso Hadi Poernomo bertekad mengambil
langkah nyata dalam pengabdian kepada bangsa dan negara Republik Indonesia
dengan mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu yang dimiliki keluarga untuk
kepentingan nasional.
Atas berkat dan rakhmat dari Tuhan
pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta, kedua pewaris membentuk Perguruan
Pencak Silat Beladiri Tangan Kosong MERPATI PUTIH dengan filosofi MERSUDI
PATITISING TINDAK PUSAKANE TITISING HENING, yang secara harafiah berarti
"Mencari sampai mendapat tindakan yang benar dalam ketenangan".
Pada periode 1995-1998 ini Ketua
umum organisasi PPS Betako MERPATI PUTIH adalah Letjen TNI (Purn) Solihin GP,
sedangkan Dewan Pembinanya adalah Bapak Surono, Bapak Tjokropranolo, Bapak
Sugiarto, Bapak Ismail Saleh, SH., Bapak Ir. Azwar Anas, Bapak Ir. Hartarto,
dan Bapak Eddy M. Nalapraya.
No comments:
Post a Comment