Nusantara atau kini Indonesia telah mengalami berbagai
kerusuhan anti cina antara dari waktu ke waktu. Kerusuhan itu bersifat
meluas ke berbagai kota. Di situ tercatat kerusuhan tahun 1963,
1972, 1980, 1995, 1996, 1997, 1998. Lebih ke belakang lagi, kerusuhan pernah
terjadi pada tahun 1740. Kenapa hal ini berulang kali terjadi. Tulisan ini akan
mengajukan dua alasan akar kerusuhan yang berdasarkan sentimen anti cina di
Indonesia. Pertama, penguasa yang buruk sering menjadikan cina
sebagai bemper. Kedua, tertutupnya wawasan global warga Nusantara sejak
kekalahan Pasukan Pati Unus 1521 oleh Pasukan Portugis.
Oh.. ya Cina yang dimaksud di sini adalah kelompok sosial,
bukan gen. Secara genetik, orang jawa itu banyak bercampur dengan Cina. Pati
Unus sendiri keturunan Cina dan Arab. Dia punya nama china. 逸孫 Yat Sun. Putri Campa, atau putri Cina, banyak
menjadi ibu dari sunan-sunan dan raja-raja jawa. Sedangkan Raden patah punya
nama cina 靳卟嗯 Jin
Bun. Ibu Raden Patah orang Cina. Nah Raden Patah itu adalah nenek moyang
seluruh raja-raja Mataram. Dan Mataram, apalagi para priyayinya menjadi
representasi Jawa.
CINA SEBAGAI BEMPER PENGUASA BURUK
Penguasa yang tidak demokratis memberikan
kemudahan-kemudahan usaha bagi cina tapi sekaligus menutup pintu ke dunia
politik dan pertahanan dan keamanan. Dalam pemerintahan yang tidak
demokratis, pemerintah cenderung untuk menciptakan “musuh bersama” sebagai
salah satu strategi untuk mengalihkan perhatian masyarakat, agar pemerintah
yang berkuasa bebas dari “rongrongan” pihak-pihak yang tidak sejalan.
Pemerintahan memberi kemudahan usaha bagi Cina, agar suatu saat bisa dipalak
dan jadi cukong, terutama saat pemilihan umum yang membutuhkan banyak uang.
Teori ilmiah yang dipakai untuk membenarkan hubungan semacam
ini adalah teori modernisasi. Pertumbuhan lebih didahulukan daripada
pemerataan. Apa yang mau diratakan kalau tidak ada pertumbuhan. Penekanan pada
pertumbuhan ini berarti pemberian fasilitas bagi golongan-golongan
enterpreneur. Lebih menguntungkan memberi modal kepada pihak yang mahir
dan bermental modern daripada memberi modal kepada kaum yang terbelakang.
Masalahnya setelah pertumbuhan berlangsung, tidak kunjung
tiba pemerataan yang ditunggu-tunggu. Ada kalanya situasi ekonomi begitu
ekstrim sehingga meledaklah perlawanan pada penguasa dan cina, namun cina yang
paling mudah terkena sasaran.
Ketika pemerintahan lebih demokratis, pada masa
Soekarno, orang cina bisa duduk di pemerintahan walaupun hidup secara ekonomi
relatif susah, saat itu, walaupun sentimen anti Cina tetap ada tetapi tidak
sampai mencuat ke permukaan secara terbuka pada zaman orde baru.
TERTUTUPNYA WAWASAN GLOBAL
Ketika teknologi internet dan pesawat udara belum ada, laut
adalah satu-satunya jembatan ke dunia global. Gadjah Mada bermimpi
mempersatukan nusantara. Nusantara itu melampau pulau jawa. Saat itu, Gadjah
mada berada di Jawa ingin menyatukan nusantara. Gadjah Mada melihat peluang
besar di luar. Peluang besar yang mendorong mereka mendirikan kerajaan
maritim Majapahit. Sriwijaya juga kerajaan Maritim. Wawasan mereka ke dunia
global. Saat itu nusantara sudah global dan terasa besar. Mereka berebut mencari
peluang ke dunia global, tidak sibuk berebut di pulau sendiri.
Inisiatif Pati Unus menyerang Malaka menunjukkan betapa Pati
Unus itu sangat peka terhadap gerak-gerik dunia global. Dia mengikuti
perkembangan dunia dan mendeteksi bahwa kehadiran portugis itu berbahaya bagi
nusantara. Dia tidak inward looking saja, melainkan outward looking.
Keputusan untuk memerangi portugis di Malaka adalah
keputusan yang percaya diri. Karena Malaka jauh dari jawa. Kalau ada
kebutuhan logistik tambahan, tentu lebih susah. Penguasaan medan perang
juga kalah dibanding orang Portugis yang berada di Malaka. Waktu itu ia juga
minta bantuan orang jawa yang berada di Malaka. Akan tetapi Portugis memergoki
mereka, sehingga orang jawa itu lari ke Cirebon. Pati Unus pun bertempur tanpa bantuan
mata-mata dan agen dalam – kapal-kapalnya dengan mudah diremuk meriam-meriam
yang ditodongkan ke laut di Benteng Portugis di Malaka.
Walaupun Pati Unus dikalahkan oleh Portugis, Portugis tidak
berani langsung ke Jawa, mereka pergi ke Manado. Mungkin perhitungannya,
dia menang di Malaka, belum tentu menang kalau perang terjadi di Jawa.
Apa hubungannya cerita ini dengan akar anti Cina di
Nusantara? Kekalahan angkatan laut Pati Unus sekaligus diikuti dengan terus
melemahnya angkatan laut Demak. Fokus perhatian kerajaan lebih ke Darat.
Peluang yang terlihat adalah peluang sebatas darat. Tidak melihat dunia luar.
Dunia luar tertutup dalam alam pikiran. Antar keluarga kerajaan saling
berebut peluang kekuasaan lantaran keterbatasan sumber daya dan kekayaan yang
berada di darat itu. Kerajaan Mataram yang hanya Solo Jogja itu
sampai dibagi empat.
Apa hubungannya dengan akar anti cina? Tertutupnya wawasan
itu membuat mereka ngotot berebut sumber daya yang terbatas itu. Sehingga sama
saudara sendiri saja ribut, apalagi sama orang yang berkulit kuning dan bermata
sipit, walaupun dia sendiri keturunan kulit kuning dan bermata sipit itu.
Apalagi Belanda membuat Undang-undang Kependudukan yang membagi warga negara
menjadi tiga kelas, yaitu:
Warga negara kelas satu, Asing Barat
Warga Negara kelas dua, Asing Timur
Warga Negara kelas tiga, inlander.
Tertutupnya wawasan telah membuat inlander mudah bergesekan,
lebih-lebih dalam pembagian kelas yang memberikan hak istimewa yang lebih baik
bagi warga negara kelas satu dan dua. Inilah benih konflik etnis yang
berkembang di Indonesia sampai sekarang.
EPILOG
Ada dua akar sentimen anti cina yang kami identifikasi,
yaitu inisiatif penguasa yang ingin menjadikan cina sebagai bemper. Selain itu
tertutupnya wawasan global kita, sehingga kita tidak melihat peluang global,
sibuk berebut peluang di darat saja. Untuk mengurangi sentimen anti cina,
perlu membuka wawasan peluang global dari masyarakat Indonesia, dan berupaya
memotong hubungan para cukong dan para tiran.
Sumber
: http://nusantarakini.com/2016/05/10/mengapa-orang-indonesia-anti-cina/